Jumat, 19 Februari 2010

Sosiologi & Politik

Pengertian Sosiologi Politik
Sumber Buku Sosiologi Politik Karya Arie Soesilo
http://massofa.wordpress.com/2008/03/26/sosiologi-politik-bag-1/

Terdapat beberapa definisi tentang sosiologi yang dikemukakan oleh berbagai tokoh sosiologi. Benang merahnya adalah bahwa sosiologi pada dasarnya memusatkan perhatiannya pada masyarakat dan individu, karena menurut sosiologi, masyarakat sebagai tempat interaksi tindakan-tindakan individu di mana tindakan tersebut dapat mempengaruhi masyarakat. Sosiologi juga memahami tentang lembaga sosial dan kelompok sosial yang merupakan bagian dari masyarakat sebagai unit analisis sosiologi. Selain itu sosiologi juga mempelajari tentang tatanan sosial serta perubahan sosial.

Politik berkaitan pelaksanaan kegiatan dan sistem politik untuk tercapainya tujuan bersama yang telah ditetapkan, dalam hal ini adanya penggunaan kekuasaan agar tujuan tersebut dapat terlaksana. Perlu untuk dipahami bahwa tujuan yang telah ditentukan tersebut merupakan tujuan publik dan bukannya tujuan individu.

Sedangkan sosiologi politik dasarnya berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dan wewenang dalam pelaksanaan kegiatan sistem politik, yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial budaya.

Sumbangan Pemikiran Teori Klasik pada Sosiologi Politik

Dari beberapa tokoh teori klasik sosiologi ada beberapa tokoh yang dianggap banyak memberikan kontribusi dalam hal teori yang sampai sekarangpun masih digunakan sebagai dasar berpikir dalam menjelaskan sosiologi politik. Tokoh tersebut antara lain adalah Karl Marx, Max Weber dan Emile Durkheim. Ketiganya dapat dianggap sebagai tokoh yang utama dalam teori klasik.

Meskipun ketiganya tidak secara jelas menjelaskan tentang sosiologi politik tetapi teori-teori dan konsep-konsep mereka tersebut dapat memberikan suatu pemahaman yang mendalam tentang sosiologi politik dengan berdasarkan teori sosiologi klasik.

Persamaan ketiga tokoh tersebut dalam menjelaskan teorinya adalah:

1.

Memberikan analisis secara makro
2.

Penjelasan bersifat komparasi sejarah
3.

Mengemukakan adanya perubahan sosial
4.

Teorinya dapat diterapkan di semua tipe masyarakat

Setiap tokoh mempunyai pendekatan dan konsep yang berbeda dalam memberikan kontribusi dalam sosiologi politik. Marx dengan pendekatan materialisme historis dengan konsep tentang kelas, eksploitasi, alinasi, negara serta ideologi. Pendekatan Weber adalah analisis tipe ideal dan sosiologi intepretatif, dengan konsep rasionalisasi, otoritas, kelompok status serta partai politik. Sedangkan pendekatan Durkheim adalah fungsionalisme sosiologis melalui konsepnya solidaritas sosial, anomie dan kesadaran kolektif. Konsep kekerabatan, agama, ekonomi, stratifikasi dan sistem nilai dan kepercayaan bersama merupakan faktor-faktor sosial budaya yang banyak memberikan pengaruh pada pelaksanaan sistem politik, di mana masing-masing tokoh akan mengemukakan hipotesisnya dalam pelaksanaan kegiatan politik.

Faktor-faktor Berpengaruh Terhadap Sikap Perilaku Politik Individu

Keluarga

Dari urain di atas nampak bahwa peranan kehidupan keluarga dalam mendorong partisipasi politik seseorang cukup signifikan. Setidaknya dalam keluarga yang memiliki minat politik yang tinggi, cenderung homogen dalam pilihan politik, ditambah dengan tingkat kohesi keluarganya yang cukup tinggi, kecenderungan seorang anak untuk berpartisipasi dalam politik sebagaimana kehidupan politik keluargannya relatif tinggi.

Aspek-aspek kehidupan keluarga yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi partisipasi politik seorang anak, diantaranya karena:

1.

Tingkat daya tarik keluarga bagi seorang anak
2.

Tingkat kesamaan pilihan (preferensi) politik orang tua
3.

Tingkat keutuhan (cohesiveness) keluarga
4.

Tingkat minat orang tua terhadap politik
5.

Proses sosialisasi politik keluarga


Agama dan Ekonomi

Selain keluarga faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu adalah agama yang dianutnya. Dalam kenyataan pendidikan anak dalam keluarga antara lain mengajarkan tentang otoritas, yaitu otoritas orang tua. Otoritas ini merupakan perpaduan antara otoritas politik dan agama. Sementara organisasi keagamaan di luar rumah pada kenyataannya juga mensosialisasikan ajaran yang mengandung pendidikan politik. Dengan demikian agama yang memuat nilai-nilai dan ajaran-ajaran juga dapat mendorong individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Selain itu secara ekonomi melalui partisipasi dalam serikat-serikat pekerja juga dapat mendorong individu untuk ikut serta dalam kegiatan politik. Organisasi pekerja merupakan ajang kampanye dan mobilisasi massa untuk dapat ikut berpolitik.

Stratifikasi serta Sistem Nilai dan Kepercayaan

Perbedaan kelas sosial dalam suatu masyarakat akan berpengaruh pada perbedaan keyakinan dan pola perilaku individu di berbagai bidang kehidupan, termasuk kehidupan politik. Perbedaan kelas akan tercermin pada praktik sosialisasi, aktivitas budaya, dan pengalaman sosialnya. Tingkat partisipasi individu dalam voting dilukiskan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, ras, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, situasi, dan status individu tersebut.

Perilaku politik individu juga dipengaruhi oleh sistem nilai dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat dimana individu tersebut tinggal. Pada masyarakat Indonesia dijumpai sistem nilai dalam bermusyawarah. Sementara itu di Amerika Serikat sistem sekolah dianggap sebagai agen sosialisasi politik.

Pengertian Sosialisasi Politik

Terdapat berbagai macam definisi untuk mengartikan pengertian sosialisasi politik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses internalisasi nilai, pengenalan dan pemahaman, pemeliharaan dan penciptaan, serta proses eksternalisasi nilai-nilai dan pedoman politik dari individu/kelompok ke individu/kelompok yang lain. Sosialisasi politik ini dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Agen-agen Sosialisasi Politik

Dalam suatu proses sosialisasi nilai dan perilaku politik diperlukan agen-agen sosialisasi yang merupakan pihak yang melakukan transfer nilai. Agen pertama adalah keluarga dimana individu menerima warisan nilai-nilai pada tahap awal dalam hidupnya. Sosialisasi ini dapat terjadi secara represi atau partisipatoris. Sekolah juga merupakan agen sosialisasi politik sebab sekolah menjalankan fungsi transformasi ilmu pengetahuan, nilai dan sikap yang di dalamnya juga termasuk ilmu, nilai, dan sikap politik. Sosialisasi politik juga dapat melalui teman sebaya (peer group) yang sifatnya informal. Agen sosialisasi terakhir adalah media, dimana berita yang dilihat atau dibaca setiap hari merupakan sosialisasi yang efektif.

Pengertian Partisipasi Politik

Bertitik tolak dari beberapa definisi di atas, maka partisipasi politik secara umum bisa dikatakan merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakannya.

Di sisi lain, partisipasi politik pun diarahkan untuk memperkuat sistem politik yang ada. Dalam tataran ini partisipasi politik dipandang sebagai bentuk legitimasi dari sistem politik yang bersangkutan. Atau dengan kata lain partisipasi politik menjadi salah satu indikator signifikan atas dukungan rakyat baik terhadap pemimpinnya, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemimpinnya maupun bagi sistem politik yang diterapkannya.


Bentuk dan Model Partisipasi Politik

Partisipasi pada dasarnya merupakan kegiatan warga negara dalam rangka ikut serta menentukan berbagai macam kepentingan hidupnya dalam ruang lingkup dan konteks masyarakat atau negara itu sendiri. Karena itu partisipasi itu sendiri bisa beragam bentuk kegiatannya. Bagaimana pun, ekspresi orang dalam mengemukakan atau dalam merespon berbagai macam permasalahan dan kepentingan politiknya, satu sama lain akan berbeda-beda. Uraian di atas memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai suatu bentuk kegiatan atau aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Ia bisa dilihat sebagai bentuk kegiatan yang secara sadar maupun tidak sadar atau dimobilisasi. Ia bisa dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri. Kemudian dapat pula dilakukan langsung ataupun tidak langsung, melembaga ataupun tidak melembaga sifatnya, dan seterusnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang adalah berdasarkan tinggi rendahnya dan kombinasi kedua faktor tersebut menghasilkan model partisipasi politik.

Minggu, 14 Februari 2010

Pandangan tentang Riset Ilmiah

Metodologi Riset/ Penelitian
(sumber : http://madbardo.blogspot.com/2010/02/metodologi-riset-penelitian.html)

PENGERTIAN & DEFINISI PENELITIAN (RISET) :
· Pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta (data-data)
· Penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis
· Usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
· Suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya

METODOLOGI PENELITIAN merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan/ mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian (meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah
SEJARAH PENELITIAN
· Timbulnya Ilmu Pengetahuan : akibat adanya kekaguman manusia terhadap yang dihadapinya, baik mikrokosmos (alam kecil) maupun makrokosmos (alam besar)
· Ilmu Pengetahuan : kumpulan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangun yang teratur
· Timbulnya Penelitian : akibat adanya hasrat ingin tahu secara terus menerus
· Peranan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian :
1. Menjelaskan (deskripsi)
2. Menyusun teori
3. Membuat ramalan (prediksi)
4. Pengendalian (kontrol)
· Pendekatan Ilmiah merupakan syarat mutlak untuk timbulnya ilmu, yang dapat diterima oleh akal dengan berpikir ilmiah

3 TAHAP BERPIKIR ILMIAH :
1. Skeptik : upaya untuk selalu mencari bukti-bukti (jawaban) terhadap setiap permasalahan
2. Analitik : upaya untuk selalu menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapi, mana yang relevan, mana yang menjadi masalah utama, dsb.
3. Kritis : upaya untuk mengembangkan kemampuan menimbang yang obyektif, disertai adanya data-data dan pola pikir yang logis

PENDEKATAN NON ILMIAH
1. Akal sehat
2. Prasangka
3. Penemuan kebetulan dan coba-coba (trial & error)
4. Pendekatan intuitif (dorongan hati)

CIRI-CIRI KEGIATAN PENELITIAN
1. Dirancang dan diarahkan untuk memecahkan suatu permasalahan
2. Menekankan pada pengembangan generalisasi, prinsip-prinsip dan teori
3. Berpangkal pada masalah/obyek yang dapat diobservasi
4. Memerlukan observasi dan deskripsi yang mapan
5. Berkepentingan dengan penemuan baru
6. Prosedur pelaksanaannya dirancang secara teliti dan rasional
7. Menuntut keahlian
8. Ditandai dengan upaya yang obyektif dan logis
9. Dilakukan secara cermat, teliti, sabar dan memerlukan kebenaran

MANFAAT HASIL-HASIL PENELTIAN
1. Untuk menggambarkan keadaan suatu obyek, dan sekaligus melukiskan tentang kemampuan sumberdayanya
2. Dapat menjadi sarana untuk mendiagnosis dalam mencari sebab musabab kegagalan, sehingga memudahkan mencari upaya penanggulangannya
3. Dapat menjadi sarana untuk menyusun kebijaksanaan atau policy dalam menyusun strategi pengembangan selanjutnya

MANFAAT METODOLOGI PENELITIAN (RISET)
1. Mengetahui arti pentingnya riset ; sehingga keputusan-keputusan yang dibuat dalam kehidupan sehari-hari mungkin didasarkan atas hasil riset, baik dalam memecahkan berbagai persoalan maupun mencari hal-hal baru
2. Menilai hasil-hasil riset ; apakah suatu riset dapat dipertanggungjawabkan dan sampai seberapa jauh kebenarannya
3. Dapat menyusun thesis/skripsi/laporan ilmiah dengan baik, karena penyusunan memerlukan cara-cara tertentu yang ilmiah

PERKEMBANGAN METODOLOGI PENELITIAN (RISET)
1. Periode Trial and Error (coba-coba)
2. Periode Authority and Tradition (pendapat pemimpin/penguasa)
3. Periode Spekulasi dan Argumentasi
4. Periode Hipotesis dan Eksperimen

JENIS-JENIS PENELITIAN (RISET)
Dasar Penggolongan

JENIS-JENIS RISET
Bidang yang diteliti

· Riset Pendidikan
· Riset Pertanian
· Riset Hukum
· Riset Ekonomi
· Dan lain-lain
Tempat penelitian

· Riset Laboratorium
· Riset Perpustakaan/library
· Riset Lapangan (field survey)
Pemakaian

· Riset Ilmu Murni (basic research)
· Riset Terapan (applied research)
Tujuan umum

· Riset Eksploratif
· Riset Pengembangan/Developmental
· Riset Verifikatif

LANGKAH–LANGKAH PENELITIAN
1. Menemukan, memilih dan merumuskan masalah
2. Menyusun latar belakang teoritis
3. Menetapkan hipotesis (kalau perlu)
4. Menetapkan variabel
5. Memilih alat pengumpulan data
6. Menyusun rancangan penelitian
7. Menentukan sampel
8. Menyimpulkan dan menyajikan data
9. Mengolah dan menganalisis data
10. Menginterpretasi hasil analisis dan mengambil kesimpulan
11. Menyusun laporan


Contoh-contoh tentang Riset Ilmiah yang saya ketahui


1. Riset pergerakan naik turun harga saham perusahaan di BEI
Riset jenis ini meneliti tentang suatu kondisi pasar modal yang terjadi pada perusahaan-perusahaan go public. Riset ini mencakup tentang kondisi perusahaan itu tersebut, jika perusahaan tersebut dalam keadaan tertentu akan terjadi peningkatan/penurunan tingkat harga saham perusahaan tersebut.
Ex: PT.Utama memproduksi ban mobil, jika pemerintah melarang untuk mengeksport karet, maka PT.Utama yang terbiasa mengimport bahan baku ban dari luar negeri dengan harga yang mahal, sekarang membeli bahan baku tersebut dari dalam negeri yang tentunya dengan harga yang relatif murah. Sehingga Biaya Produksi ↓ (menurun), COGS ↓ (menurun), GAIN ↑ (meningkat), maka saham PT.Utama juga ikut ↑ (meningkat).

2. Riset penerapan penggunaan metode FIFO/LIFO pada perusahaan manufaktur
Riset jenis ini meneliti tentang keefektifan dan keefesiensian metode penyimpanan inventory yang terbaik bagi perusahaan tersebut. Penelitiannya dengan cara menilai inventory dari segi tingkat ketahanan suatu inventory, keefektifan pengelolaan keluaran dan masukan, dan jenis metode yang sesuai dengan jenis inventory yang disimpan.
Ex: PT.Utama memproduksi pupuk kandang (sintesis), penyimpanan yang paling tepat untuk jenis inventory semacam ini adalah LIFO karena inventory semacam ini tidak akan tahan lama(ada batas expired), makanya kalau pemakaian dengan metode FIFO dikhawatirkan inventory tersebut akan kadaluwarsa(expired).